Kamis, Juli 23, 2009

Keturunan Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel

KETURUNAN DARI

KYAYI GUSTI AGUNG PASEK GELGEL

Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel memiliki 3 orang istri, dari pernikahan itu mereka memiliki 12 anak laki-laki, yaitu:

I Gusti Pasek Gelgel di Desa Songan

Pada tahun Çaka 1274 (tahun 1352) tatkala memimpin utusan ke Tampurhyang Batur, Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel menikahi Luh Madri, putri Kyayi Kayuselem. Dari pernikahan itu mereka memiliki 2 orang putra laki-laki dan keduanya bernama I Gusti Pasek Gelgel. Ketika Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel kembali ke Sampelangan pada tahun Çaka 1277 (tahun 1355) dan kembali ke Gelgel, istri bersama kedua putranya ditinggal di Tampurhyang Batur, namun walaupun jarak antar Gelgel dan Batur cukup jauh dipisahkan hutan luas dan lebat, terkadang istri dan kedua anaknya dijenguk oleh ayahnya. Perjalanan menuju Tampurhyang Batur selain medan yang cukup berat dengan melalui jalan setapak, jalanya juga naik turun bebatuan dan harus menyebarangi danau batur dengan menggunakan perahu kecil yang resikonya juga cukup berbahaya.

Oleh karena Kyayi Kayuselem tidak memiliki keturunan laki-laki, akhirnya Kyayi Kayuselem mengakat I Gusti Pasek Gelgel sulung untuk menjadi pemimpin Rakyat Bali Aga, menggantikan kedudukan Kyayi Kayuselem, pengangkatan itu hanyalah untuk memimpin dan tidak memiliki hak waris. Kemudian Desa Tampurhyang Batur berubah nama menjadi Desa Soangan (Daerah Bangli). Oleh karena I Gusti Pasek Gelgel bertempat tinggal di sebelah utara pasar Songan maka beliau lazim disebut dengan I Gusti Pasek Gelgel Songan, lalu beliau memiliki keturunan yang juga diberi nama I Gusti Pasek Gelgel sama dengan nama Ayahnya. Jabatan sebagai pemimpin orang Bali Aga juga digantikan oleh putranya I Gusti Pasek Gelgel pimpinan orang-orang Bali Aga terdahulu. I Gusti Pasek Gelgel juga sering turun ke bawah utnuk melihat keadaan dan kesejahteraan masyarakat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri. Dengan demikian I Gusti Pasek Gelgel semakin terkenal dan semakin dicintai oleh orang-orang Bali Aga.

Peristiwa ini menyebabkan was-wasnya Dalem Gelgel ri smara Kepakisan yang dinobatkan pada tahun Çaka 1302 (tahun 1380), apabila tragedy yang pernah menimpa ayahnya yakni Dalem Sampelangan, dengan adanya perlawanan dan pemberontakan orang-orang Bali Aga. Untuk mengetahui keadaan I Gusti Pasek Gelgel di Desa Songan , Dalem Gelgel Çri Smara Kepakisan mengutus Pasek Gelgel dari Banjar Kemoning Desa Galiran daerah Klungkung ke Desa Soangan, dan selanjutnya menetap di Songan dan tinggal di Banjar Kemoning Desa Songan dan bergabung dengan I Gusti Pasek Gelgel Songan serta ikut memujua di Pamerajan I gusti Pasek Gelgel Songan. Dengan berkurangnya daerah kekuasaan dan rakyat Bali aga yang dipimpin oleh I Gusti Pasek Gelgel yang berkedudukan di Songan akhirnya pulau Bali di bagi menjadi beberapa daerah kekuasaan. Orang-orang Balia Aga yang semula bernaung di bawah kekuasaan I Gusti Pasek Gelgel Songan, lalu bernaung dibawah pimpinan daerah setempat, sehingga mulai saat itu kekuasaan I Gusti pasek Gelgel Songan hanya memimpin daerah Soangan dan sekitarnya saja. Dan Dalem Gelgel Çri Smara Kepakisan kemudian membangun sebuah pelinggih di pemerajan I Gusti Pasek Gelgel sebagai pemujaan sampai kepada keturunannya. Dan mulai saat itu keturunan I Gusti Pasek Gelgel tidak lagi menggunakan gelar I Gusti, dan hanya menggunakan sebutan Pasek Gelgel saja. Seterusnya keturuan Pasek Gelgel inilah yang menjadi kepala desa di Songan.

Suatu ketika peristiwa menimpa seorang keturunan Pasek Gelgel di banjar Karangsuwung Desa Peninjoan daerah Bangli, yang membahayakan jiwanya. Sebab itu beliau melarikan diri rumahnya di banjar Karangsuwung Desa Peninjoan menuju Desa Songan. Disana beliau meminta pertolongan kepada Pasek gelgel Songan sehingga terhindar dari bahaya, dan kemudian beliau mentap di Songan dan bergabung dengan Pasek gelgel Songan dan ikut pamerajan Pasek gegel Songan sampai anak cucu dan keturunannya.

Lama kelamaan Pasek Gelgel di Songan, disamping ada yang menetap ada juga yang pindah ke desa lain dan seterusnya menetap di desa barunya. Mereka diantaranya adalah, Pasek Gelgel di Desa Selat Anturan, Pasek Gelgel di Desa Pengelatan, Pasek Gelgel di Lemukin Desa Nangka, Pasek Gelgel di Desa Tambelang, Pasek Gelgel di Desa Bukti, Pasek Gelgel di Desa Sangit Daerah Buleleng, dan lain-lainnya. Kecuali dari mereka semua ada juga Pasek Gelgel Desa Songan yakni Pasek Gelgel di Desa Sukawana, seterusnya menurunkan Pasek Gelgel di Desa Tejakula daerah Buleleng, Pasek Gelgel di Desa Bantang, Pasek Gelgel di Desa Lateng, Pasek Gelgel di Desa Buahan, Pasek Gelgel di Desa Terunyan daerah Bangli, kemudian keturunan Pasek Gelgel di Desa Terunyan menurunkan Pasek Gelgel di Desa Candikuningn daerah Tabanan, Pasek Gelgel di Kubu, Pasek Gelgel di Banjar Pande Desa Cempaga, Pasek Gelgel di Desa Susut daerah Bangli (Lalu menurunkan Pasek Gelgel di Desa di Desa Sanding Tampak Siring Gianyar), Pasek Gelgel di Banjar Siladan Desa Tamanbali, daerah Bangli, serta Pasek Gelgel di Desa Bitera daerah Gianyar, Pasek Gelgel di Banjar Abang Desa Menanga, Pasek Gelgel di Banjar Benakasa Desa Muncan, daerah Karangasem, selanjutnya menurunkan Pasek Gelgel di Banjar Macetra Desa Selat, Pasek Gelgel di Banjar Tiyingan Desa Selat, Pasek Gelgel di Banjar Munti Desa Tianyar, daerah Karangasem.

Kemudian yang terakhir meninggalkan Desa Songan adalah Pasek Gelgel di Desa Abangsongan, daerah Bangli. Ikhwal pindahnya Pasek Gelgel Songan ke Abangsongan adalah, Desa Abang Songan dulunya adalah sebuah banjar di Desa Abang daerah Bangli, sedang Desa abang sebleumnya bernama desa Airawang yang sudah ada sejak pemerintahan Raja Dalem ri Gunaprya Dharmapatni/UdayanaWarmadewa yang berkuasa di Bali. Beliau Bertahta sebagai Raja tidak kurang dari 23 tahun, mulai aka 910 sampai tahun aka 933 (tahun 988 samapi tahun 1011 M). ketika itu penduduk desa Airawang berjumlah 20 kepala keluarga berasal dari Desa Terunyan. Kemudian penduduk Desa Airawang memohon untuk melepasakan diri Desa Terunyan, dan permohonan itu dikabulkan oleh Dalem. Sejak itu Desa Airawang menjadi desa yang berdiri sendiri. Oleh karena desa itu sering di timpa bencana akibat gunung meletus, tanah longsor dan banjir akibat pasangnya air danau, untuk menyelamatkan diri lalu penduduk dari Desa airawang pindah ke Batur diseberang danau Batur. Mulai saat itu di batur terdapat banjar Abang dan pura Abang. Disamping mereka pindah membawa aharta benda dan hewan ternak mereka juga membawa prasasti Desa Airawang, dan selanjutnya disimpan di Pura Abang Desa Batur.

Sejak saat itulah Desa airawang berubah nama menjadi Desa Abang tidak berpenghuni, dan kemudian tempat disekitar desa abang menjadi hutan belantara. Dan kemudian menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Nyalian yang berkuasa adalah keturunan Satrya Tamanbali atau Tirtahaarum. Ketika Nyalian I Dewa Gde Tangkeban berkuasa beliau sangat gemar berburu terutama di hutan bekas desa Abang, karena jarak Nyalian dengan tempat berburu cukup jauh, beliau cukup sering menginap di dalam hutan.

Kemudian agar beliau memiliki tempat beristirahat dan menginap selama berburu, Dalem Nyalian memindahkan 4 keluarga Pasek Tangkas Kori agung dari desa Tegalwangi ke Desa Abang. Disana mereka membangun rumah untuk tempat tinggal dan penginapan Dalem (Raja). Semenjak saat itulah Desa Abang kembali perpenghuni dan Pasek Tangkas Kori Agung adalah keturunan dari Pasek paengeran Tangkas Kori Agung. Sedangkan saudaranya dari desa Tegalwangi oleh Raja Bangli dipindahkan di Hyang Waringin dan kemudian menjadi Desa Kubu, daerah Bangli.

Suatu ketika desa Batudingin yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Nyalian diserang oleh pasukan Taruna Gowak dari Buleleng, dan akhirnya dapat dikuasai, penduduk Desa batudingin tidak dapat menahan lajunya pasukan Buleleng ini jumlah mereka 20 kepala keluarga kemudian meninggalkan desanya dan kembali ke Nyalianseta mempermaklumkan peristiwa ini kepada Dalem nyalian, dan merekapun tidak berani kembali ke desa Batudingin, oleh Dalem Nyalian mereka ditempatkan di Desa Abang dan mulai saat itu desa Abang berpenduduk 24 kepala keluarga. Namun belum ada prebekel untuk pemimpin mereka, oleh sebab itu Dalem Nyalian meminta kepada Raja Bangli yang masih ada kerabat agar berkenan mengangkat seorang Keturunan Pasek Gelgel, prebekel Desa Songan sebagai Prebekel desa Abang. Ketika itu Desa Songan ada dibawah pemerintahan Kerajaan Bangli.

Setelah disetujui oleh Raja Bangli, Prebekel Desa Songan Menolak diangkat menjadi Prebekel Desa Abang, namun setelah didesak oleh Dalem Nyalian, akhirnya beliau mau menjadi Prebekek Desa Abang dengan syarat agar diijinkan mengajak rakyat dari Desa songan, karena beliau belum mengenal betul rakyat yang akan beliau pimpin. Tat kala itu Prebekel Desa songan memiliki 7 orang anak laki-laki masing-masing bernama pertama Gde Pasek Gelgel, kedua Made Pasek Gelgel, Ketiga Nyoman Pasek Gelgel, keempat Ketut pasek Gelgel, kelima Gde Pasek Gelgel, keenam Made Pasek Gelgel, dan yang terakhir Nyoman Pasek Gelgel. Kemudian yang disetujui oleh Pasek Gelgel Prebekel Desa Songan untuk diangkat menjadi Prebekel Desa Abang adalah Anak ketiga yaitu nyoman Pasek Gelgel, ketika itu yang bertahta adalah Dalem I Dewa Gde Tangkeban.

Pada sekitar tahun Çaka 1522 betepatan dengan sasih kapat (Oktober 1600 M) berangkatlah Nyoma Pasek Gelgel beserta 15 kepala keluarga rakyat songan yang seluruhnya terdiri dari warga Pande Wesi menuju desa Abang dengan menggunakan perahu.ketika sampai di tengan sungai terjadilah peristiwa yang membahayakan mereka yakni ombak besar yang hampir menenggelamkan mereka, ketika kejadian itu mereka bersumpah apabila sampai di Desa Abang dengan selamat mereka akan menyelanggarakan suatu yajna sebagai tanda terima kasih kepada para leluhur dan Hyang Widhi Wasa. Dan akhirnya mereka berhasih sampai di desa Abang dengan selamat.

Sejak itu Desa Abang berpenduduk sebanyak 40 kepala keluarga dan dijadikan 3 buah banjar sesuai dengan asal mereka.

1. Banjar Tangkas penduduknya adalah Pasek Tangkas Kori Agung yang berasal dari Desa Tegalwangi, daerah Klungkung.

2. Banjar Batudingin penduduknya adalah orang-orang yang berasal dari Desa Batudingin daerah Karangasem.

3. Banjar Abangsongan penduduknya adalah orang-orang yang berasal dari Desa Songan yaitu Nyoman Pasek Gelgel beserta pengiringnya.

Dan sebagai prebekel (pemimpinnya) adalah Nyoman Pasek Gelgel yang kemudian diangkat juga menjadi Jro Pasek (Bendesa Desa Adat) Abang. Dan kemudian beliau melakukan Dwijati sebagai rohaniawan dengan gelar Jro Gde, sedangkan gelar Jro Gde digunakan oleh Orang-orang Bali Aga sebagai sulinggih. Selanjutanya Nyoman Pasek Gelgel atau Jro Pasek atau Jro Gde Pasek Desa Abang memiliki 4 keturunan yaitu: pertama bernama Gde Pasek Gelgel, kedua perempuan bernama Ni Wayan Mongkerog (menikah dengan orang cina) yang ketiga laki-laki bernama Made Sangku dan yang terakhir adalah Made Rotha. Made Sangku dan Made Rotha berkomitmen menjadi sukla brahmacari atau tidak menikah seumur hidup, sehingga tidak ada keturunan.

Adapun Gde Pasek Gelgel lalu menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Prebekel Desa Abang, kemudian diangkat menjadi Jro Pasek ( Pemimpin Desa Adat) Abang, dan kemudian diangkat pula menjadi sulinggih bergelar Jro Gde. Pasek Gelgel, kemudian memiliki seorang putra bernama Gde Abian. Saat itu kerajaan Nyalian diserang oleh kerajaan Klungkung dan terjadilah petempuran sengit antara kerajaan Nyalian dan Kerajaan Klungkung, oleh karena pasukan dari Kerajaan Klungkung dari jumlah pasukan dan senjata jauh lebih lengkap, akhirnya kerajaan nyalian dapat dikalahkan. Dengan gugurnya Dalem Nyailan I Dewa Gde Tangkeban beserta sanak saudaranya. Seorang anak kecil putra dari Dalem Nyalian I Dewa Gde Tangkuban dapat diselamatkan oleh ibunya dan dilarikan ke Bangli. Sesampai di Bangli lalu diangkat anak oleh I Dewa Ayu Den Bancingan Ratu Bangli. Ketika lari dari Nyalian sempat bembawa sepucuk keris pusaka kerajaan Nyalian bernama Ki Lobar.dan menjadi pusaka Kerajaan Bangli. Dengan kalahnya kaerajaan Nyalian, daerah – daerah kekuasaan Nyalian dibagi, sedangkan desa Abang dijadikan daerah dibawah kerajaan Bangli.

Adapun Gde Pasek Gelgel Prebekel desa Abang yang juga berkedudukan sebagai Jro Pasek sangatlah sukses menjalankan tugasnya sekalu pemimpin, karena keberhasilannya itulah banyak orang yang iri dan ingin melenyapkan Gde Pasek Gelgel. Mereka bercita-cita mengambil kedudukan sebagai Prebekel, sebab itu Gde Pasek Gelgel di fitnah yang bukan-bukan, dan akibat fitnahan itulah Raja Bangli langsung saja percaya tanpa menyelidiki kebenarannya. Dan kemudian mengutus sesorang untuk membunuh Gde Pasek Gelgel. Gde Pasek gelgel di bunuh di Desa Belahpane di sebelah utara Desa Tulikup tanpa berdosa.

Setelah dibunuhnya Gde Pasek Gelgel, Desa Abang tidak memiliki Prebekel, dan tidak ada satu orangpun yang mau menjadi Prebekel Desa Abang walaupun sudah diusahakan oleh Raja Bangli. Oleh sebab itu, Raja bangle memanggil jada dari Gde Pasek Gelgel di Desa Abang dan meminta agar mau menyerahkan anaknya yaitu Gde Abian untuk menjadi Prebekel Desa Abang, namun permintaan itu ditolak oleh Janda dari Gde Pasek Gelgel dengan alasan apabila nanti Gde Abian menjadi Prebekel Desa Abang, ia takut ada lagi fitnah dan anaknya akan di bunuh. Jika itu terjadi, maka ia tidak memiliki keturunan, sebab Gde Abian adalah anak tunggal. Kemudian Raja bangle berjanji tidak akan memberikan hukuman apapun termasuk hukuman mati kepada Gde Abian walaupun ia berbuat kesalahan. Mulai saat itu Gde Abian dan keturunannya diberikan kedudukan istimewa disebut kawula kawisuddha, tidak boleh dikenakan hukuman, termasuk hukuman mati. Dan didalam melakukan upacara pitra yajna boleh memakai segala perlengakapan seperti yang diamanatkan oleh leluhurnya, sampai pada keturunannya.

Mulai saat itu Gde Abian diangkat menjadi Prebekel Desa Abang dan bergelag Gde Pasek Gelgel serta diangkat menjadi Jro Pasek dan di dwijati menjadi sulinggih bergelar Jro Gde. Sejak itu Prebekel di wilayah kintamani oleh Raja Bangli diangkat dari keturunan Pasek Gelgel desa Songan, antara lain Desa Sukawana, Pinggan, Belandingan, Terunyan dan lain-lainnya. Kemudian Gde Abian yang bergelar Gde Pasek Gelgel Desa Abang memiliki empat anak laki-laki yaitu, pertama adalah Gde Mudarai atau Gde Widharai, kedua Made Manggarai, yang ketiga meninggal dalam kandungan di beri gelar Nyoman Alit atau Dewa alit, dan yang terakhir bernama Nyoman Dasaran. Dan yang menggantikan ayahnya menjadi Prebekel Desa Abang adalah anak pertamanya yaitu Gde Mudarai atau Gde Widharai, bergelar Gde Pasek Gelgel, kemudian diangkat menjadi Jro Pasek kemudian diangkat lagi menjadi Jro Gde Desa Abang. Ia memiliki tiga orang istri, masing-masing bernama Ni Nyoman Cenik dari Desa Besakih, daerah Karangasem, Ni Nengah Bhakti dari Desa Abang, Ni Nengah Sayan Ngenteg dari Desa Abang.

Dari Ni Nyoma Cenik memiliki empat keturunan yaitu pertama meninggal dunia (tidak disebut namanya), yang kedua perempuan bernama Ni Made kembang Kuning ( menikan dengan warga pande wesi), yang ketiga menggal dunia (tidak disebut namanya), dan yang ke empat bernama Ni Ketut Tinggen (menikah dengan warga Pasek). Kemudian dari istri yang bernama NI Nengah Bhakti memiliki keturunan dua anak, laki-laki dan perempuan, yang pertama perempuan bernama Ni Wayan Widhiasih atau Ni Wayan Diasih, yang kemudian menjadi balian di desa Abang dan menikah dengan pasek panida keturunan Mpu Dangka di Desa Penida, daerah Bangli, yang kedua laki-laki bernama Made Sabda yang kemudian diangkat menjadi Prebekel Desa Abang bergelar Made Pasek dan diangkat menjadi Jro Pasek dan diangkat agi menjadi Jro Pasek Desa Abang.

Adapun Made Manggarai menikah dengan NI Ketut Nurjani dari Desa Abang, dari pernikahannya itu memiliki Sembilan anak, laki-laki dan perempuan, yang pertama Ni Wayan Nukasih, kedua laki-laki Made Diasih ( menjadi pemangku di Pura Dukuh Desa Abang), ketiga laki-laki bernama Nyoma Keresek, keempat perempuan Ni Ketut Puget, yang kelima perempuan Ni Wayan Mertha, yang keenam laki-laki Made Nuadhi atau Made Dasaran Renteb, ketujuh laki-laki bernama Nyoman Nunganti, kedelapan meninggal dunia (tidak disebut namanya), kesembilan laki-laki Ketut Nungalih. Kemudian Nyoman Dasaran menikah dengan Ni wayan Lipur dari Desa Abang, lalu memilki lima orang anak yaitu Ni Wayan Sada, yang kedua meninggal dunia, yang ketiga meninggal dunia, dan yang keempat Ni Ketut Serica dan yang terakhir bernama Ni Ketut Nurati.

Kemudian yang menggantikan kedudukan Gde Mudarai yang bergelar Gde Pasek Gelgel sebagai Prebekel Desa Abang adalah Made Sabda dengan gelar Made Pasekyang kemudian diangkat menjadi Jro Pasek Desa Abang, kemudian diangkat pudgala sebagai sulinggih bergelar Jro Gde. Dan kemudian menikah dengan Ni Wayan Aris dari Desa Abang warga Pande Wesi dan Ni Nengah Open dari Desa Abang warga pasek Tangkas Kori Agung. Selanjutnya Made Diasih yaitu pemangku Pura Dukuh Desa Abang menikah dengan Ni Ketut Seribek Dari Desa Abang. Adapun Nyoman Keresek menikah dengan Ni Nyoman Ketip atau NI Nyoman Liip, sedang Made Nuadi menikah dengan Ni wayan Sada dan Nyoman Nunganti menikah dengan Ni Wayan Nadi dari Desa Abang.

Selanjutnya Made Sabda yang bergelar Made Pasek atau Jro Pasek atau Jro Gde, dari istrinya bernama Ni Wayan Aris memiliki Sembilan anak laki-laki dan perempuan, yaitu; pertama Ni Wayan Ketug atau Ni Wayan Niar, kedualaki-laki bernama Made Giweng, ketiga laki-laki Nyoman Guwet atau Jro Sedahan, keemapat laki-kali Ketut Cakeg atau Ketut Pasek, kelima perempuan Ni wayan Keceg, keenam perempuan Ni Made Nyabereg, ketujuh, kedelapan dan kesembilan meninggal dunia ( tiadak disebukan namanya). Dari istri yang bernama Ni Nengah Open memiliki 11 anak yaitu; pertama meninggal, kedua Ni Wayan Sumadri, ketiga Ni Made Rumanci, yang keempat laki-laki meninggal dunia, kelima Ni Nyoman Rumaning, keenam Ni Ketut Sugandika, ketujuh Ni Wayan Lepo, kedelapan Ni Made Mandalika, kesembilan Ni Nyoman Ronce, kesepuluh laki-laki Ketut Oka atau Ketut Soebandi yang kemudian menjadi Jro Mangku Gde di Pura Desa dan Puseh Desa Abang Songan, dan yang kesebelas perempuan meninggal dunia..

Setelah penduduk Desa Abang berkembang, dan ketika Made Sabda yang bergelar made Pasek atau Jro pasek serta me dwijati menjadi Jro Gde, desa Abang dibagi menjadi dua buah desa pemerintahan dan desa adat yaitu Desa Abangsongan dan Desa Abang Batudungding. Made Sabda alias Made Pasek mulai saat itu menjadi prebekel Desa Abangsongan. Dari jaman Desa Abangsongan dibagi menjadi dua jabatan prebekel selalu dipegang oleh Pasek Gelgel yang berasal dari Desa Songan yaitu keturunan dari I Gusti Pasek Gelgel desa Songan. Kemudian kedudukan Made Sabda yang bergelar Made Pasek selanjutnya diangkat menjadi Jro Pasek Desa Abangsongan namun tidak di dwijati menjadi Jro Gde. Sedangakan Ketut Cekeg atau Ketut Pasek kemudian menjadi pimpinan agama di Desa Abangsongan bergelar Jro Putus.

Selanjutnya Made Diasih memangku jabatan selaku pemangku di Pura Dukuh yang kemudian memilki enam anak yaitu; pertama Ni Wayan swanda, kedua Ni Made Nyenyer atau Ni Made Ketur, ketiga Ni Nyoman Nuraba, keempat Ni Ketut Bagiada, kelima laki-laki bernama Wayan Sinah (menggantikan kedudukan ayahnya sebagai pemangku Pura Dukuh) ke enam Ni made Sukanganti atau Ni Made Rupet. Kemudian Nyoman Keresek memiliki dua orang anak yaitu Wayan Medal lalu menjadi kubayan, kedua perempuan Ni Made Titen. Selanjutnya Made Nuadi atau Made Dasaran Renteb memiliki lima orang anak laki perempuan yaitu; pertama meninggal dunia, kedua perempuan Ni Made Miwa, ketiga perempuan Ni Nyoman Nuladra, keempat perempuan Ni Ketut Nuladri, keliama laki-laki bernama Wyan kabeh atau Wayan Pasek Parsua. Sedangkan Nyoman Nunganti memiliki 12 anak laki dan perempuan yaitu; pertama Ni Wayan Seriman, kedua meninggal dunia, ketiga Ni Nyoman Tangsi, keempat Ni Ketut Kantor, kelima Wayan Pukuh atau Wayan Dharma ( yang kemudian menjadi pemangku di pemerajan/Pura dadya). Pasek gelgel di Desa Abangsongan, Ni Made Togog, Nyoman Benceng, Ketut Naberang atau Ketur Narda, Ni Wayan Riming, Ni Made Nurinih, Ni nyoman Terbang dan Ni Made Rinih, akhirnya mereka inilah yang kemudian menurunkan Pasek Gelgel di Desa Abang Soangan, daerah Bangli yang terhimpun dalam pamerajan atau Pura Dadya Pasek Gelgel di Desa Abangsongan, daerah Bangli. Demikianlah cikal bakal Pasek Gelgel di Desa Abangsongandaerah Bangli, keturunan dari I Gusti Pasek Gelgel di Desa Songan daerah Bangli dan I Gusti Pasek Gelgel Desa Soangan adalah putra dari Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel.

5 komentar:

o mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
o mengatakan...

Kalau Gusti Pasek Gelgel Songan adalah keturunan dari Kyai Gusti Pasek Gelgel I atau Ki Patih Wulung. Nama Asli beliau adalah Mpu jiwaksara. Kyai Gusti Pasek Gelgel I hanya punya dua istri. Masing- masing Ni Luh Tohjiwa yang menurunkan Gusti Semaranatha dan Gusti Pangeran Bendesa. Gusti Semaranatha selanjutnya menurunkan Gusti Rare Angon. Dan Gusti Rare Angon menurunkan Gusti Pasek Gelgel II yang 6 putra dari Ni Luh Gelgel dan 4 Putra dari.Niluh Tangkas Koriagung.

Kembali ke Gusti Pasek GelgelI atau Ki Patih Wulung. Istri keduanya Ni Madri dan menurunkan Gelgel Songan. Ini sesuai bukti prasasti dan keris ganja dungkul serta cap kerajaan yang masih tersimpan di Songan Jero..Jadi Gusti Pasek Gelgel II adalah kumpi dari Kyai Gusti Pasek Gelgel I atau Ki Patih Ulung atau Pangeran Bendesa I. Nama asli beliau Mpu Jiwaksara

Unknown mengatakan...

suksma untuk artikel nya,
skrng sy jadi tau cikal bakal pasek,iam pasek gegel songan.proud of thats

quartzwaddingham mengatakan...

Casino Poker Software - Review and Ratings - Casino
Casino 여캠 노출 사고 Poker software 1xbet app and reviews are in for a good time. Learn more 업소 사이트 about our Casino Poker software 해외배당 & 가입머니 주는 사이트 find out what makes this software the best for your casino

Anonim mengatakan...

Terimakasi atas penetahun sejarah nya dan saya jadi tau dari mana leluhur saya dan dari mana asal usul saya🙏🏻🙏🏻🙏🏻